via ecoterramedia.com
Saat ini pertanian organik mulai digalakkan kembali. Alasannya sederhana, semakin lama orang semakin menyadari bahaya akan ketergantungan pupuk kimia.
Bahaya yang dimaksud dalam hal ini adalah hilangnya kesuburan lahan pertanian; jika tanah tak lagi subur, lantas apa yang dapat kita makan nantinya?
Untuk itu, ada perlunya kita berkali-kali menyerukan sekaligus mempelajari kembali pentingnya pertanian organik untuk masa depan anak dan cucu kita di masa mendatang.
Saat inilah kita yang harus mengalah untuk mengembalikan kelalaian yang telah berlangsung sekian tahun ini. Bukankah begitu baiknya, kawan?
Memang untuk mewujudkan hal ini diperlukan kerja keras dan kekompakan seluruh petani di Indonesia. Pertama, hal ini untuk menstabilkan harga produksi panen, dan kedua untuk menstabilkan jumlah produksi panen.
Kendala dari pertanian organik yang paling utama adalah soal waktu; pertanian organik membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan pertanian non-organik.
Kendala lainnya, pertanian organik sedikit lebih ribet dalam hal mengusir hama tanaman sehingga hal ini memakan tenaga dan waktu lebih banyak.
Karena produksi pertanian organik lebih lama waktu yang dibutuhkan, hal ini menyebabkan harga sayuran atau buah organik menjadi sedikit lebih mahal.
Namun demikian, konsumen yang peduli dengan kesehatan dan mendukung pertanian organik untuk pelestarian bumi tentu tidak akan keberatan mengkonsumsi produk-produk pertanian organik.
via thequint.com
Apa yang dimaksud dengan pertanian organik? Sederhananya, pertanian organik bisa dipahami sebagai metode pertanian tanpa menggunakan pupuk atau pestisida kimia.
Pertanian organik bukanlah hal baru sebenarnya karena pertanian ini merupakan awal mula manusia mulai mengenal pertanian atau bercocok tanam. Pertanian ini boleh dibilang sebagai pertanian tradisional atau bahkan original.
Modernisasi pertanian ditandai dengan hadirnya pupuk kimia yang awalnya difungsikan untuk mempercepat produksi pertanian.
Namun lama kelamaan, petani kena getahnya. Lahan pertanian yang terus menerus diberi pupuk kimia akan sangat cepat kehilangan unsur hara. Tanah menjadi tidak subur. Akibatnya, petani semakin hari semakin menambah kebutuhan pupuk kimia agar mendapatkan panen maksimal.
Pertanian modern yang bergantung pada pupuk kimia dan pestisida kimia dalam jangka panjang tidak hanya berakibat fatal pada struktur dan kesuburan tanah, namun juga bisa mengakibatkan berbagai masalah seperti polusi dan kesehatan.
Untuk itulah saat ini pertanian tradisional harus dimodernisasi melalui metode lain, yakni pertanian organik modern.
Pertanian organik masa kini merupakan evolusi dari pertanian organik di masa lalu. Evolusi ini terletak pada alat, pengetahuan, dan kebaruan-kebaruan dalam hal pemupukan dan penanggulangan hama.
Bisa dibilang saat ini pertanian organikpun masih dalam tahap terus menerus mencari hal baru untuk meningkatkan hasil pertanian sekaligus efisiensi lahan dan modal.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai pertanian organik, ada baiknya kita meninjau dulu amunisi untuk mengolah lahan agar subur dan gembur seperti jaman dahulu lagi.
via pinterest.com
Pupuk organik adalah amunisi utama dalam pertanian organik. Pengertian dari pupuk organik itu sendiri adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti dedaunan dan kotoran hewan.
Prototype dari pengetahuan ini tentu saja adalah ekosistem dalam hutan atau alam dimana flora dan fauna hidup bersama dan saling menyokong satu sama lain.
Di hutan, tumpukan daun gugur dan kotoran binatang serta mikroorganisme pengurai merupakan penyebab hutan tetap subur dan ditumbuhi oleh beragam jenis tanaman.
Dari hal itulah pengetahuan mengenai pupuk organik dimulai. Untuk itu, mari kita mengenali satu per satu beberapa hal terkait pupuk organik.
Pupuk hijau ini merupakan pupuk yang berasal dari dedaunan atau bagian-bagian tanaman yang telah mati. Secara alami, dedaunan yang jatuh ke tanah dan terurai menjadi tanah merupakan salah satu jenis pupuk hijau.
Namun untuk kepentingan pertanian, pupuk hijau yang didapat secara alami tentunya terbatas; tidak mungkin para petani menunggu daun-daun gugur dan lapuk menjadi tanah untuk memulai bertani.
Oleh karena hal tersebut, para petani menciptakan sendiri pupuk hijau dengan cara mengumpulkan segala jenis daun baik yang kering atau basah, sisa sayuran, sisa buah-buahan untuk ditimbun di dalam tanah selama beberapa hari hingga sampah hijau tersebut membusuk dan terurai. Setelah itu, pupuk siap digunakan di lahan pertanian.
Pupuk hijau ini sangat cocok dikombinasikan dengan pupuk kandang dan sangat baik untuk pertanian sayur.
Pupuk kandang tak lain adalah pupuk yang terbuat dari kotoran hewan. Biasanya, pupuk kandang ini diproduksi oleh peternak sapi, kambing, ayam, kelinci, dan lain sebagainya.
Cara pembuatannyapun tidaklah sulit. Kotoran ternak didiamkan begitu saja hingga tidak lagi bau dan terurai seperti tanah.
Pupuk kandang ini terbagi menjadi dua, yakni kotoran dari air besar binatang ternak dan kencing dari binatang ternak.
Jika air besar binatang ternak bagus untuk pertanian sayur, maka kencing binatang ternak seperti kencing kelinci sangat baik untuk budidaya tanaman buah karena kencing binatang ternak banyak mengandung fosfor dan kalium.
Sebenarnya pupuk organik alami seperti yang diuraikan dibagian sebelumnya merupakan pupuk buatan manusia sejauh kemudian bahan-bahan alami tersebut diakali sedemikian rupa.
Namun begitu, di masa kini pupuk organik mengalami evolusi sehingga bahan-bahan alami tidak cukup dibiarkan begitu saja sampai bisa digunakan. Berikut ini adalah beberapa jenis pupuk organik buatan yang bisa didapatkan di toko-toko pertanian.
Pupuk cair ini merupakan pupuk organik buatan yang terbuat dari fermentasi tumbuh-tumbuhan. Pupuk semacam ini dibuat dengan menggunakan bahan tumbuhan apapun; biasanya adalah tanaman limbah seperti pohon pisang yang telah dipanen, dedaunan pohon-pohon yang terlalu rimbun, kulit buah limbah produksi makanan, hingga limbah sayur yang seringkali menumpuk di pojok pasar.
Bahan-bahan tersebut dihaluskan terlebih dahulu untuk kemudian difermentasi dengan bakteri tertentu di suatu media selama beberapa hari.
Hasil dari fermentasi tersebut adalah cairan atau pupuk cair yang metode penggunaannya biasanya dicampur dengan air lalu disiram ke sekitar akar tanaman. Pupuk cair ini sangat baik untuk pertanian sayur dan tanaman buah dalam pot.
Selain pupuk organik buatan dalam bentuk cair, bahan-bahan alami seperti tumbuhan dan kotoran binatang bisa dijadikan pupuk buatan dalam bentuk tablet ataupun serbuk dengan proses tertentu.
Sekilas pupuk semacam ini mirip dengan pupuk kimia, akan tetapi tentu saja sangat berbeda jauh karena pupuk organik serbuk/tablet terbuat dari bahan alami.
Pupuk kompos adalah pupuk yang paling sering dibuat sendiri oleh petani. Pupuk kompos bisa berarti pengomposan buatan atau percepatan pelapukan pada bahan alami seperti tanaman atau kotoran hewan agar cepat terurai dan menjadi unsur hara yang bisa diserap tanaman.
Pembuatan pupuk kompos sederhana bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan alami dalam satu media untuk kemudia dicampur dengan mikro organisme. Dalam beberapa waktu, lebih cepat dengan cara alami, pupuk ini siap dipergunakan sebagaimana pupuk kandang.
Sebenarnya mikroorganisme bukanlah pupuk, melainkan bakteri pengurai yang berfungsi penting untuk pembentukan unsur hara dalam tanah. Secara alami, tanah memiliki bakteri semacam ini. Namun dalam produksi pertanian, jumlahnya perlu ditambahkan sehingga tanah lebih cepat gembur.
Pupuk organik berfungsi tidak hanya sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, namun pupuk organik ini dipergunakan untuk mengembalikan struktur tanah yang telah rusak atau aus akibat diolah terus menerus sebagai lahan pertanian.
Pupuk organik bisa mengubah tanah yang tandus seperti tanah liat kembali subur dan berpori-pori ataupun tanah berpasir menjadi lebih rekat sehingga mampu menyimpan air.
Selain itu, pupuk organik memiliki kelebihan untuk meningkatkan interaksi antar mineral dalam tanah. Hal ini sangat penting bagi akar tanaman agar lebih mudah menyerap unsur hara tanah.
Pupuk organik juga selalu mengandung bakteri alami atau dekomposer bawaan yang sangat penting untuk mengolah nutrisi tanah agar diserap tanaman. Itulah sebabnya pupuk oraganik merupakan pupuk yang ramah lingkungan atau dengan kata lain tidak membunuh mikroorganisme yang baik untuk tanah.
Pupuk kimia merupakan pupuk buatan yang mampu bekerja lebih cepat untuk pertumbuhan tanaman. Hanya saja, dampak dari penggunaan pupuk kimia ini berakibat buruk pada struktur dan kesuburan tanah.
Bahkan, pupuk kimia malahan bisa membunuh mikroorganisme alami pengurai tanah sehingga tanah seolah tidak lagi produktif jika tidak diberi pupuk kimia.
Dampak lain dari penggunaan pupuk kimia terus menerus tanpa adanya pembaharuan tanah, semakin lama petani semakin membutuhkan pupuk ini dalam jumlah yang semakin besar sehingga keuntungan pertanian bisa berkurang atau bahkan petani tak sanggup lagi membeli pupuk untuk bertani dan tidak mungkin bagi mereka untuk bertani jika tanah mereka tidak lagi mampu menghasilkan unsur hara secara alami.
via pinterest.com
Pestisida alami merupakan pembunuh hama yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti biji adas, rimpang alang-alang, babandotan, umbi bawang-bawangan, biji bengkoang, batang brotowali, cabe, bunga cengkeh, daun tanaman wangi, umbi gadung, rimpang jahe, kulit jambu mete, daun jambu biji, buah dan daun jarak, buah jengkol, daun jeruk nipis, daun kayu manis, daun kemangi, rimpang kencur, bunga kecubung, bunga kenikir, rimpang kunyit, biji dan daun lada, rimpag lengkuas, dan masih banyak bahan lainnya.
Pembuatan pestisida alami selalu merujuk pada hama apa saja yang sedang menyerang tanaman. Setiap hama membutuhkan campuran bahan yang berbeda-beda sehingga dari banyaknya jenis tanaman yang bisa dijadikan bahan pestisida tidak dicampur semua.
Penggunaan pestisida alami ini bisa dibuat mirip dengan pestisida kimia, yakni bahan-bahan atau ramuan tertentu dibuat menjadi cairan untuk dicampur dengan beberapa liter air dan disemprotkan ke tanaman yang diserang hama seperti jamur, ulat, kepik, belalang, dll.
Sayangnya, meskipun pestisida ini sangat aman bagi lingkungan dan kesehatan, pestisida ini lumayan rumit pembuatannya, dan bahan-bahannya sulit dicari sehingga membuat petani tergoda untuk kembali menggunakan pestisida kimia.
via pinterest.com
Sayuran organik merupakan sayuran yang ditanam dengan pupuk organik dan dirawat tanpa menggunakan pestisida kimia. Di Indonesia, keberadaan sayuran organik di pasar tradisional bisa dibilang langka karena stok yang menyuplai kebutuhan sayur masih didominasi oleh pertanian non organik.
Hal ini dianggap lumrah karena sebagian besar petani Indonesia merupakan petani yang nasibnya jauh lebih tertinggal dibandingkan dengan petani di negara-negara maju.
Oleh karena desakan kebutuhan hidup yang menuntut banyak hal, para petani cenderung memilih cara cepat untuk memproduksi hasil pertanian dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Sayuran organik sebenarnya memiliki mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sayuran non organik. Tak heran jika harga sayuran organik sedikit lebih mahal dan cenderung dipasarkan di pasar elit seperti supermarket dan swalayan. Konsumen dari sayuran inipun kebanyakan adalah golongan menengah ke atas.
Namun demikian, sayuran organik memang tidak bisa dipungkiri memerlukan perawatan yang lebih teliti jika dibandingkan dengan sayuran non organik.
Dewasa ini kampanye pentingnya sayuran organik sudah semakin digalakkan. Artinya, sayuran organik memiliki peluang pasar yang menjanjikan sebenarnya. Dan jika dicermati lebih lagi, budidaya sayuran organik tidaklah rumit dan sangat mungkin untuk dikembangkan baik dalam skala besar ataupun kecil.
via organicfarming.com.ph
Sayuran organik bisa ditanam dengan berbagai macam cara, diantaranya ditanam di lahan pertanian yang luas seperti sawah dan kebun atau di lahan pertanian sempit seperti di polybag atau di pot.
Kedua cara ini memiliki tahap-tahap persiapan yang sama, diantaranya adalah seperti yang akan dijelaskan di bagian berikut ini.
Lahan yang dimaksud dalam hal ini ada dua macam, yakni lahan luas dan lahan sempit. Lahan luas adalah lahan seperti area persawahan, sementara lahan sempit merupakan penanaman sayur dengan media polybag atau pot.
Kedua lahan ini menggunakan tanah sebagai media tanam dasar. Selanjutnya, tanah ini harus dicampur dengan menggunakan pupuk organik dengan berbagai macam kombinasinya.
Untuk area persawahan, sebelum menanam benih sayuran, tanah harus digemburkan terlebih dahulu dengan cara mencangkul atau membajak. Hal ini dilakukan supaya tanah memiliki sirkulasi udara yang bagus sekaligus mudah untuk akar tanaman bergerak mencari nutrisi.
Setelah tanah menjadi gembur, tanah ditaburi dengan pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk kompos dengan ketebalan minimal 10 cm guna mendapatkan nutrisi tambahan.
Setalah tahap penaburan, lakukan penyiraman secukupnya dan secara merata agar mikroorganisme ikut menyebar melalui air hingga masuk kedalam pori-pori tanah. Setelah tahap ini selesai, diamkan lahan selama kurang lebih dua minggu sebelum masa penanaman.
Tentu saja untuk lahan yang luas membutuhkan pupuk kandang/hijau/kompos yang sangat banyak. 1 hektar lahan bisa membutuhkan sekitar 2 ton pupuk organik agar bisa disebar secara merata. Namun demikian, harga pupuk kandang masih relatif murah, yakni mulai dari 200-500 rupiah per kilogram.
Sementara itu, untuk lahan seperti polybag atau pot, media tanam bisa menggunakan takaran 1:1 untuk tanah dan pupuk organik. Gunakan pot atau polybag dalam ukuran besar jika sayuran yang ditanam juga membutuhkan ruang yang luas.
Keunggulan dari pot atau polybag ini, nantinya tanaman bisa disusun hingga beberapa tingkat sehingga media penanaman seperti ini bisa dibilang hemat tempat, namun juga butuh modal besar untuk investasi pot dan rak susun yang dipergunakan.
Tahap persiapan lahan ini ada baiknya juga ditambahkan dengan mikroorganisme tambahan yang bisa didapatkan di toko-toko pertanian ataupun toko online. Sehingga, setelah dua minggu lahan tersebut didiamkan, lahan sudah benar-benar kaya akan unsur hara siap pakai.
Pilih benih sayuran yang diinginkan. Tentu saja setiap jenis sayuran membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Penanganan ini bisa terletak pada jenis lahan, perawatan, dan pemanenan.
Semua jenis sayur seperti sawi, bayam, kobis, kol, brokoli, wortel, cabe, terong, labu, dan lain sebagainya sangat bisa ditanam secara organik. Jika penanamannya tepat, maka hasil sayurannya juga sangat menggembirakan.
Benih-benih sayuran ini biasanya dijual di toko-toko pertanian ataupun dijual secara online meski kita sebenarnya juga bisa membuatnya sendiri dengan menyemai benih sayuran seperi misalnya biji cabe, tomat, kacang, dan lain sebagainya.
Penyemaian ini baiknya menggunakan lahan khusus seperti bedengan berukuran 2x1 meter dengan tinggi sekitar 70 cm.
Bedengan ini diisi dengan media tanam berupa tanah yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos/hijau dengan perbandingan 1:1 sekaligus ditambahkan dengan pupuk organik buatan baik yang cair/tablet/serbuk yang khusus untuk menyemai. Biasanya pupuk ini mengandung perangsang hormon pertumbuhan tanaman sehingga benih tumbuh dengan optimal.
Setelah media penyemaian ini tersedia, diamkan dahulu selama 2 minggu. Persiapan lahan ini bisa dibarengkan dengan persiapan lahan tanam sehingga kita bisa hemat waktu. Setelah itu taburkan benih di atas permukaan media tanam, tutup dengan tanah lagi dengan ketebalan yang tipis sekiranya mampu untuk cengkraman akar.
Setelah benih tersebut tumbuh, sesuai dengan spesifikasi waktu masing-masing sayuran, benih ini mulai bisa ditanam di lahan yang telah disediakan.
Menanam benih yang telah tumbuh di lahan yang telah tersedia sebaiknya dilakukan di sore hari agar tanaman beradaptasi dengan tanah terlebih dahulu sebelum diekspos oleh sengatan matahari.
Untuk penanaman di lahan sawah, pastikan benih ditanam dengan jarak tertentu untuk mendapatkan hasil tanaman yang optimal. Masing-masing sayuran memiliki ideal tersendiri.
Demikian juga dengan media pot/polybag. Baiknya, setiap pot/polybag hanya diisi dengan 1 benih agar lebih mudah dipantau dan tanaman lebih cepat tumbuh karena tidak memiliki pesaing.
Ada baiknya dua minggu setelah penanaman di media tanam sayuran diberikan pupuk tambahan ceperti pupuk cair organik, disusul dengan pupuk tablet dalam jangka waktu berkala.
Merawat sayuran organik bisa dibilang sebagai tahap yang paling sulit dan harus dilakukan dengan penuh kesabaran agar mendapatkan hasil optimal. Perawatan tanaman dalam tahap ini meliputi penyiraman, penyulaman (mengganti tanaman yang telah mati dengan tanaman baru), pemupukan, penataan, dan penanggulangan hama.
Sebaiknya perawatan ini dilakukan setiap hari atau minimal kita melakukan pengecekan khususnya terhadap serangan hama seperti ulat dan belalang.
Jika kita menemukan hama ini dalam jumlah yang tidak banyak, maka kita bisa menanggulanginya secara manual, yakni dengan menyingkirkannya. Akan tetapi jika kita menemukan dalam jumlah besar, sebaiknya kita bersiap untuk membuat pestisida alami.
Setiap jenis hama membutuhkan ramuan yang berbeda. Dalam hal ini, kita bisa memperoleh refrensi lengkap dari web khusus yang membahas pestisida alami.
Tahap pemanenan bisa jadi bertahap dan bisa jadi sekali panen bergantung pada jenis sayuran yang kita tanam. Namun bagi kebanyakan petani, pemanenan ini dilakukan secara bertahap demikianpun juga penanaman sehingga setiap hari para petani bisa menikmati hasil panen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Biasanya, hasil panen satu lahan memiliki mutu yang berbeda-beda mulai dari yang layak diberi label grade A hingga grade C.
Untuk grade A biasanya bisa dipasarkan di supermarket atau swalayan yang memiliki standard produk yang baik, sementara grade B dan C bisa dipasarkan di pasar tradisional. Jika kita telaten melakukan hal ini, tentu harga sayuran kita tidak bisa dipukul rata dan tentunya ini lebih menguntungkan.
Tentunya pertanian organik ini merupakan metode yang masih bisa dikembangkan terus menerus hingga mendapatkan hasil yang memuaskan, yakni sayuran sehat, produksi melimpah, dan waktu panen yang cepat.
Jika kita optimis dan selalu mendukung pertanian organik, hal ini sangat mungkin untuk menjadi kenyataan di masa depan kelak.