via pinterest.com
Aku yakin hampir semua orang mengenal sayuran sawi karena sayuran itu merupakan sayuran wajib yang selalu dijual di pasar, di swalayan, atau bahkan sampai di mall.
Sawi merupakan salah satu dari sekian jenis sayuran yang membuat pasar memiliki nuansa warna hijau.
Namun tahukah kamu bagaimana tumbuhan sawi ini dibudidayakan? Melalui tulisan ini, aku ingin berbagi info mengenai sayuran sawi secara umum dan cara menanam sawi tanpa harus memiliki sawah.
Oke, sebelum aku mulai membahas cara menanam sawi yang irit tempat, yakni dengan cara menggunakan media hidroponik dan polybag, terlebih dahulu aku akan membahas beberapa informasi seputar cara menanam sawi secara umum.
via pinterest.com
Setidaknya kita akan menjumpai tiga jenis sayuran sawi yang sering dijual di pasar, yaitu sawi hijau atau yang sering digunakan untuk sayuran bakso dan mie ayam, sawi putih dan sawi sendok yang sering kita temui pada masakan yang bernama cap cay.
Sebagian besar dari sayuran tersebut yang dipasarkan ditanam oleh para petani di lahan sawah untuk mendapatkan hasil produksi dalam jumlah besar.
Tahap-tahap dalam menanam sawi yang dilakukan oleh para petani secara umum bisa dikatakan sama dengan cara menanam sawi secara hidroponik ataupun dalam media polybag. Tahap-tahap tersebut adalah pembenihan, pengolahan media, persemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
Jadi, meskipun nantinya kita akan menanam tanaman sawi di halaman rumah dengan konsekuensi bahwa tanaman tersebut akan turut memperindah lingkungan rumah kita, pada akhirnya kita harus rela memanennya karena bagaimanapun sawi berbeda dengan tanaman hias.
Tanaman sawi dengan berbagai macam jenisnya mampu tumbuh di Indonesia di segala cuaca dan musim, baik di dataran tinggi ataupun rendah. Tetapi kebanyakan lahan sawi berada di dataran rendah dengan ketinggian 5-1500m dpl.
Karena sangat mudah tumbuh, kita bahkan bisa menebar biji sawi ini di halaman rumah hari ini, menyiramnya sembarangan, lalu besok lusa kita bisa melihat biji sawi ini telah berubah wujud menjadi tanaman mungil.
Akan tetapi, dalam proses pertanian, tentu saja cara menanam sawi tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan.
Hal ini agar nantinya petani bisa memperoleh hasil yang maksimal, yakni sayuran yang berwarna hijau segar berdaun lebar mulus tanpa bercak warna lain akibat jamur dan bakteri yang menyerang daun, atau lubang-lubang kecil hasil karya hama sawi seperti ulat, siput dan belalang.
Sebelum lebih jauh membahas cara menanam sawi dengan media hidroponik dan polybag tidak ada salahnya kita mengintip sedikit jurus-jurus andalan yang dilakukan oleh bapak dan ibu tani dalam menanam sawi di sawah.
Jangan lupa, dasar dari segala jurus dalam ilmu tanam menanam adalah kesabaran, keuletan, cinta, dan semangat untuk terus bereksperimen. Setelahnya, jurus dalam menanam sawi adalah kecermatan dalam memilih benih, kesabaran dalam mengolah lahan, serta cinta dan keuletan dalam menyemai, menanam, sekaligus merawat sawi hingga panen.
Kita bisa membeli benih sawi di toko pertanian tentunya, sama seperti yang dilakukan oleh para petani. Keuntungan dari benih sawi ini, dengan modal percaya, adalah kita tidak usah repot membuat sendiri benih sawi dengan cara menanam sawi secara khusus untuk mendapatkan benih yang bagus.
Namun demikian, kita tidak boleh sembarangan dalam memilih produk-produk benih sawi yang tersedia di toko-toko pertanian karena konon biji sawi ini harus dikemas dengan baik agar tetap terjaga mutunya.
Untuk memilih benih dengan cara membeli di toko, pastikan benih sawi dikemas dalam kemasan berbahan aluminium foil atau seperti kemasan pada susu bubuk instan.
Benih ini bisa kadaluarsa lho, maka jika bisa pilihlah produk yang mencantumkan tanggal produksi atau tanggal kadaluarsa karena biji sawi yang baik adalah biji sawi yang usia penyimpanannya tidak lebih dari tiga tahun.
Sementara untuk menggunakan biji sawi yang dibuat sendiri, baiknya biji sawi tersebut merupakan biji dari tanaman sawi yang berumur lebih dari dua setengah bulan. Pilihlah tanaman sawi yang sekiranya tumbuh baik dan subur atau tanamlah tanaman sawi yang akan dijadikan indukan dengan perlakuan yang lebih.
Adapun biji sawi yang baik adalah biji sawi yang memiliki ciri-ciri seperti ini; biji kecil berwarna hitam agak-agak coklat dan berwarna tajam dan mengkilap.
Pengolahan lahan dalam hal ini tentu saja adalah sawah. Namun lahan ini merupakan cikal-bakal gagasan penanaman sayuran dengan media polybag atau pot. Kenapa demikian? Sederhananya karena yang digunakan media di dalam pot atau polybag adalah tanah sebagaimana sawah.
Pertama-tama, untuk menanam sawi sebagaimana hal ini juga berlaku untuk sebagian besar tanaman lain, tanah harus dicangkul terlebih dahulu supaya gembur dan memiliki banyak rongga untuk sirkulasi udara. Setelah itu barulah tanah ditabur dengan pupuk organik atau para petani biasanya menggunakan pupuk kandang.
Pada umumnya 1 hektar sawah (10.000 persegi) membutuhkan 10.000kg pupuk kandang yang disebar secara merata. Hal ini dilakukan jauh-jauh hari, kira-kira dua minggu sebelum bibit yang telah disemai dipindahkan ke lahan tersebut.
Kok banyak sekali pupuk kandangnya ya? Apa ngga bangkrut tuh? Tentu saja tidak. Pupuk tersebut akan digunakan untuk berkali-kali menanam sawi. Asumsi menggunakan pupuk kandang yang sedemikian banyak adalah untuk tanah yang belum pernah digrap atau tanah yang telah jelek kualitas unsur haranya.
Bagaimana memperlakukan biji sawi untuk tahap penyemaian? Seperti halnya pada tahap persiapan lahan, proses penyemaian juga memerlukan media khusus, tidak bisa asal sebar di tanah.
Media yang digunakan untuk menyemai adalah pupuk kandang plus pupuk kimia kombinasi (urea, Tsp, Kcl). Wah, kok pakai pupuk kimia? Jadi non-organik dong? Sebagian besar sayuran yang diedarkan di pasar adalah sayuran non-organik atau sayuran yang ditanam dengan bantuan penambahan pupuk kimia.
Hal ini agar tanaman cepat tumbuh dengan baik karena pupuk kimia pada dasarnya berfungsi untuk mempercepat proses penyerapan unsur hara pada tanah sekaligus memberi nutrisi tambahan yang tidak dimiliki tanah.
Tenang, sayuran tetap aman dikonsumsi kok. Efek pupuk kimia hanya berlaku dan berpengaruh pada kesuburan tanah; tanah cepat habis nutrisinya karena diperas secara paksa oleh pupuk kimia agar tanaman mampu menyerap dengan mudah tiap-tiap nutrisi yang ada pada tanah.
Media penyemaian bisa dibuat dengan cara seperti ini; sediakan lahan dengan luas 1,5x1,5m sekaligus dengan ketinggian 1,5. Isi media tersebut dengan 4 kg pupuk kandang, 1 kg pupuk urea, 10 gr pupuk tsp, dan 10 gr pupuk Kcl. Dua minggu kemudian taburlah biji sawi secara merata dan sebisa mungkin jangan terlalu padat.
Terakhir, taburlah tanah halus di atas permukaan taburan biji kira-kira setebal 2-3 cm. Oh iya, media ini harus berada ditempat yang teduh tanpa harus kehilangan sinar matahari dan jangan lupa siram dengan air bersih ya.
Setelah biji sawi tumbuh, satu bulan kemudian tanaman itu sudah siap dipindahkan ke sawah. Lama amat satu bulan? Bisa ditawar kok, tunggu anak-anak sawi itu sampai memiliki daun 4-5 tangkai. Kenapa demikian? Hal ini agar tanaman tersebut tahan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Tahap ini hanya tahap pemindahan tanaman sawi dari media penyemaian ke media pembesaran kok. Pilih tanaman terbaik yang bisa tumbuh di media penyemaian, lalu tanam di media tanam dengan jarak antar tanaman 40 cm.
Tahap ini merupakan tahap yang harus dilakukan dengan penuh ketekunan karena bisa jadi hal ini dilakukan setiap hari. Pemeliharaan mencangkup penyiraman, penyulaman (mengganti tanaman mati dengan tanaman baru), dan penanggulangan hama.
Pada usia tiga minggu hingga satu bulan setelah tanaman di tanam, biasanya pupuk kimia diberikan sebagai penunjang tambahan. Lahan seluas 10.000 meter persegi bisa jadi membutuhkan sekitar setengah kwintal pupuk urea yang telah dicampurkan air dan disiramkan secara merata pada tanah sekitar tanaman yang tumbuh.
Khususnya pada penanggulangan hama, sebaiknya dilakukan secara manual atau tanpa menggunakan pestisida demi keamanan dan kesehatan para konsumen nantinya. Tahu sendiri kan, kadang-kadang penjual makanan tidak mencuci sayur dengan benar-benar bersih.
Bayangkan jika ada pestisida yang masih menempel, maka kita tidak makan sayuran sehat melainkan makan pestisida campur sayur. Secara personal aku tidak setuju dengan penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama pada sayuran.
Ini merupakan tahapan yang paling menyenangkan bagi para petani. Memanen sawi bisa dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman sampai ke akarnya, atau memotong bagian tanaman yang diinginkan.
Setelah sawi dipanen, sawi dihilangkan bagian akarnya agar nanti ketika dipasarkan sawi-sawi tersebut tidak belepotan dengan tanah. Sawi yang telah dipanen masih perlu disiram lho biar tidak cepat layu.
Nah, kira-kira demikian gambaran singkat dari apa yang dilakukan oleh para petani dalam membudidayakan sawi. Tentunya pengetahuan tersebut juga berguna untuk menanam sawi dengan menggunakan cara lain, yakni dengan cara hidroponik dan polybag.
via pinterest.com
Menanam sayuran secara hidroponik bisa dibilang sebagai alternatif baru dalam masyarakat kita meskipun teknik ini sudah ditemukan sejak lama.
Jika kamu tertarik untuk menanam sawi hidroponik, sebenarnya saat ini segala keperluan dan perlengkapannya telah tersedia di toko-toko pertanian ataupun di jual secara online plus cara-cara menanamnya.
Tetapi dalam artikel ini, aku ingin berbagi informasi tentang ide dasar menanam secara hidroponik yang bisa dikembangkan dengan cara-cara yang tidak harus seperti cara menanam hidroponik pada umumnya.
Konsep dari teknik hidroponik adalah menanam tanpa menggunakan tanah meskipun ada juga teknik hidroponik yang masih menggunakan sedikit tanah sebagai media penahan akar. Ide bertani ini, mungkin lho ya, terinspirasi dari tanaman air seperti enceng gondok, kayu apung, kangkung air, dsb. yang mampu berkembang biak tanpa tanah.
Cara menanam sayuran secara hidroponikpun bervariasi; ada yang sederhana, ada pula yang rumit. Namun ide dasarnya adalah menanam tanaman dengan menggunkan media utama air.
Berbeda dengan enceng gondok, misalnya, yang mampu terapung sendiri diatas permukaan air, sayuran hidroponik membutuhkan alat bantu tambahan agar tidak tenggelam di air alias hanya akarnya saja yang kena air.
Tapi seiring dengan perjalanan waktu, tentu para pakar hidroponik selalu melakukan eksperimen guna menghasilkan produksi tanaman unggulan.
Sehingga, menanam sayuran secara hidroponik tidak terikat pada ideal ideal tertentu, entah ditambah tanah, sekam, kerikil, rockwool, atau apapun itu yang bisa digunakan untuk menahan batang tanaman, sehingga tanaman tumbuh baik.
Baiklah, sebaiknya kita mulai saja membicarakan alat dan bahan yang bisa dipergunakan sebagai cara menanam sawi hidroponik. Alat dan bahan tersebut adalah:
Tahap-tahap penanaman dengan cara hidroponik tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh para petani. Pertama-tama, semailah biji sawi di media yang terpisah dengan media tanam. Sebaiknya media ini juga media yang jenisnya mendekati media pembesaran alias becek atau banyak air.
Media yang digunakan bisa dengan menggunakan rockwool atau yang alami seperti kapas, sabut kelapa yang dibasahi dan dijaga kelembabannya sedemikian rupa sampai biji itu tumbuh. Tambahkan nutrisi tambahan yang biasa digunakan sebagai nutrisi hidroponik.
Penambahan nutrisi ini baiknya harus diukur kepekatannya atau sebaiknya ikuti petunjuk penggunaan seperti yang tertera pada label kemasan. Tunggu benih itu tumbuh dalam kurun waktu satu bulan lamanya atau sekiranya tanaman tersebut sudah cukup tangguh untuk dipindahkan.
Tahap selanjutnya, (contoh ini menggunakan media pembesaran seperti ember, kolam, atau bahkan aquarium) siapkan stereoform sesuai dengan permukaan media pembesaran.
Jangan terlalu ngepres ya supaya stereoform itu bisa turun mengikuti berkurangnya volume air. Lubangi stereoform itu sesuai dengan ukuran netpot. Beri jarak antar netpot kira-kira 10-15cm.
Isi netpot dengan semaian biji sawi, jika perlu tambahkan rockwool atau media organik lainnya yang bisa menahan sekaligus mempertahankan air pada akar tanaman.
Setelah itu, untuk berjaga-jaga, pasang pula sumbu kompor yang dipasang terhubung antara media tanam dengan air. Sumbu kompor ini pemain cadangan yang fungsinya untuk menjaga agar akar tanaman tidak kekeringan.
Pasang aerator aquarium untuk membuat sirkulasi udara dalam air lebih optimal. Selanjutnya, berikan nutrisi hidroponik sesuai dengan takaran yang tertera di label kemasan.
Pastikan kadar keasaman air tepat pada angka 7.0 dengan menggunakan alat pengukur ph air. Jika ph airkurang atau lebih, kamu bisa menambahkan cairan penambah atau pengurang ph air. Selalu cek volume air karena pasti akan berkurang. Penambahan air juga dibarengi dengan penambahan nutrisi hidroponik ya agar sawi kita tumbuh dengan baik.
Untuk penanaman yang menggunakan pipa paralon yang disusun pararel atas bawah dengan model air mengalir, maka pompa air aquarium bisa digunakan untuk mengatur sirkulasi airnya. Konon katanya, jika air yang digunakan merupakan air yang mengalir, maka tanamannya akan jauh lebih subur.
Keunggulan dari menanam sawi dengan cara hidroponik adalah tanaman tersebut lebih aman dari serangan hama. Namun demikian, kita tidak boleh terlena. Tetap periksa tanaman sawi dengan seksama agar terhindar dari hama dan sebisa mungkin jangan menggunakan pestisida kimia untuk membasmi hama.
via pinterest.com
Cara menanam sawi di polybag sangatlah mudah. Bisa dikatakan bahwa polybag atau pot merupakan miniatur dari sawah sehingga jurus-jurus bapak/ibu tani yang telah dipaparkan dibagian sebelumnya sangat berguna untuk digunakan di media ini.
Jika kamu tidak cocok dengan air, barangkali menanam sawi di polybag merupakan alternatif menarik dibandingkan dengan hidroponik.
Keuntungan dari menanam dengan polybag adalah caranya yang tergolong lebih sederhana dibandingkan dengan hidroponik. Keuntungan lainnya, jika dibandingkan dengan sawah, polybag lebih mudah dikontrol, dan akurasi perbandingan pupuk bisa lebih akurat.
Mengingat tanaman sawi yang tidak terlalu besar namun juga bukan tanaman kecil, maka ukuran polybag yang biasa digunakan adalah ukuran sedang. Umumnya, ukuran yang digunakan adalah 15-20 cm. Tetapi jika kamu ingin menggunakan ukuran yang lebih besar ya nggak apa-apa, asal jangan polybag yang kecil.
Baiklah, sekarang apa yang harus dipersiapkan untuk menanam sawi di polybag? Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai tahap-tahap penanaman sawi untuk di sawah. Tahap-tahap tersebut juga berlaku untuk penanaman sawi dengan media polybag, yakni pemilihan bibit, persiapan lahan, penyemaian, pemindahan, perawatan, dan terakhir pemanenan.
Yang membuat sedikit berbeda, karena media ini merupakan media polybag yang lebih mudah dikontrol dari pada sawah, maka kamu mempunyai beberapa pilihan.
Pertama, kamu ingin menanam sawi dengan cara organik kah? Jika iya, maka media tanam dalam polybag yang digunakan cukup hanya menggunakan pupuk kandang. Namun jika ingin mempercepat masa tanam, gunakanlah pupuk kimia.
Tanah di polybag bukan tanah sekali pakai lho. Artinya, setelah panen pertama tanah tersebut masih bisa dipergunakan untuk menanam kembali. Tentunya, untuk mencapai hasil optimal, harus digemburkan kembali dan diberi tambahan pupuk, baik itu pupuk organic saja atau plus pupuk kimia.
Sekedar tips, sebaiknya untuk satu polybag hanya ditanami oleh satu tanaman. Hal ini agar nantinya sawi yang kamu tanam mendapat nutrisi yang cukup tanpa harus berebut dengan yang lain sehingga sawi mampu tumbuh dengan baik, memiliki daun yang lebar an warna hijau cerah.
Kok kesannya menanam sawi dengan media polybag itu hanya sekedar hobi ya? Jangan salah, ada lho pertanian profesional yang menggunakan polybag. Dengan menyusun polybag secara bertingkat dengan model rak, maka bisa dibayangkan jumlah tanaman yang bisa ditanam jauh lebih banyak dibandingkan sawah.
Misalnya, sawah seluas 1x10 meter hanya bisa menampung 30 tanaman, maka jika diatas tanah tersebut dibuat rak bersusun tiga level, hasilnya adalah 30x3=90. Nah lho!
Hanya saja, dalam menyiapkan lahan untuk menanam sawi dengan media polybag dengan menggunakan rak susun tentu saja memakan biaya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan sawah. Tetapi dalam perspektif tertentu, bagi yang memiliki lahan sempit, menanam sawi dengan menggunakan polybag jauh lebih menguntungkan.
via krplbabbalan.blogspot.com
Pada bagian ini, mari kita mulai berangan-angan untuk berbisnis sawi tanpa harus punya lahan luas. Aku sering belanja sawi di pasar. Harganya berbeda-beda namun tak banyak selisihnya dan masih bisa dibilang relatif stabil atau tidak berubah-ubah secara ekstrim seperti cabe atau daging sapi.
Berapa sih harga sawi perkilonya? Itu dia masalahnya; di pasar umumnya 5000-7000 rupiah per kilo, di penjual sayur sebelah rumah 3000 rupiah dapat seikat kecil, sementara di swalayan seikat kecil bisa berharga lebih dari 5000 rupiah.
Sementara itu, satu tanaman sawi hijau siap panen yang kualitasnya bagus, gemuk dan berdaun lebar bobotnya bisa 200-250 gram lho.
Nah, apakah untung atau rugi jika kita mencoba membudidayakan sawi dengan cara hidroponik atau polybag? Mari kita hitung pelan-pelan. Semoga tidak melenceng jauh salahnya.
Kita mulai dengan sawi hidroponik dengan media ember/kolam (aku memilih model ini karena biaya produksinya murah) yang membutuhkan alat seperti netpot, rockwool, stereoform, nutrisi hidroponik, alat pengukur ph air, zat penambah atau pengurang ph air, dan aerator aquarium.
Jika kamu kepepet seret modal, maka netpot bisa diganti dengan botol plastik bekas ukuran besar, dan rockwool dengan sabut kelapa yang sudah lembek, kerikil, pecahan genting, atau apa saja yang bisa menyerap ar dan menahan tanaman agar tidak ambruk. Tapi untuk mempermudah hitungan, aku tetap ngotot memakai netpot dan rockwool.
Rincian Harga belanjaan:
Dari daftar barang tersebut, ada yang habis pakai (nutrisi hidroponik, rockwool, dan benih) dan ada yang nggak habis-habis (selain 3 item tersebut). Anggap saja barang yang tidak habis pakai sebaga investasi sementara barang yang habis pakai adalah modal yang diputar.
Jika aku ingin menanam 100 netpot sawi, maka modal yang diputar yang aku butuhkan adalah 2 bungkus nutrisi hidroponik (40.000), rockwool 5pcs (75.000), dan benih sawi (mungkin nggak sampai 2000 rupiah). Modal yang aku butuhkan adalah 117.000 rupiah dengan hasil 100 netpot sawi.
Jika satu netpot kita panen dan kita jual dengan harga semurah-murahnya 2000 rupiah, maka berapa pendapatan kita? 200.000 rupiah. Masih untung bukan! Memang modal awal untuk menanam secara hidroponik tidaklah murah, akan tetapi semahal-mahalnya kita masih akan mendapat keuntungan kok.
Lantas bagamana dengan media polybag? Berapa sih modal bikin 1 polybag? Kita butuh pupuk kandang 1 kg (1000rupiah), 1 lembar polybag (100 rupiah), tanah (gratis), benih 1 biji (anggap saja gratis).
Modal kita 1.100 rupiah dan menghasilkan tanaman sawi yang bisa dijual semurah-murahnya 2000 rupiah. Itupun kita tidak kehilangan modal atau polybag dan media tanamnya yang pernah digunakan masih bisa dipakai sehingga untuk penanaman berikutnya bisa dibilang modalnya jauh lebih kecil.
Tetapi begini kawan, bisnis sawi dengan media hidroponik dan polybag memang berat diawal, namun ketika hal ini kita lakukan secara terus menerus, kita bisa menuai untung kok.
Jangan lupa, hitungan saya tadi adalah hitungan yang super kasar dengan asumsi modal menengah sekaligus hasil dengan hitungan terendah. Itupun kita masih bisa untung. Bisa dibayangkan?
Ada sih hitungan yang lebih njlimet lagi. Kamu bisa lihat di web sebelah kalau mau. Tentu saja, angka keuntungannya sangat besar dan bikin pusing. Yang jelas, kamu nggak akan rugi untuk memulai hobi baru ini sekaligus mencoba untuk meraup untung dari hobi ini.
Sebelum mengakhiri artikel ini, bukan bermaksud menggurui lho ya, saya percaya sukses dimulai dari yang kecil, barangkali sebutir biji sawi yang kecil itu bisa menjadi inspirasi besar untuk memanfaatkan lahan sempit menjadi peluang bisnis yang menguntungkan mengingat lahan di bumi ini terasa semakin sempit saja setiap harinya.
Akhir kata, selamat mencoba!