via pinterest.com
Setiap orang Indonesia pasti tau yang namanya ikan lele. Dan pastinya semua orang Indonesia pernah mencicipi ikan ini. Bahkan, banyak dari kita yang menjadikan ikan berkumis ini sebagai salah satu sumber protein utama.
Bagaimana tidak, ikan ini harganya lebih murah dari ikan laut. Tetapi kandungan gizinya tidak kalah lho dengan ikan lainnya. Makanya, ikan lele jadi kegemaran banyak orang. Jika kita jalan-jalan ke pasar, penjual ikan lele segar pasti terlihat sumringah karena dagangannya selalu laris manis.
Mau tahu kandungan nutrisi ikan lele? Ternyata, ikan berkumis tipis ini kaya akan protein dan omega 3. Lele seberat 500 gr mengandung 12 gr protein. Jika omega 3-nya, untuk satu porsi lele bisa didapatkan 220 mg omega 3. Wah, jumlah ini tentu cukup untuk mencerdaskan otak dan menjaga kesehatan jantung.
Tapi tidak hanya itu, lele juga sangat kaya dengan berbagai vitamin dan mineral. Vitamin B 12 dan mineral fosfor adalah sebagian kecil nutrisi yang ada pada ikan ini.
Nah, setelah mengetahui kandungan nutrisi ikan lele, sekarang waktunya kita intip keuntungan budidaya ikan lele. Banyak kisah sukses peternak lele yang membuat kita tergiur ingin menikmatinya juga. Bagaimana tidak, di daerah Cirebon-Jawa Barat, para petaninya menerima permintaan hingga 6 ton setiap harinya. Bisa dibayangkan berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh.
Ikan lele yang membawa keuntungan besar tersebut adalah lele jenis Sangkuriang dan lele dumbo. Dengan menekuni secara serius, dijamin, keuntungan hingga jutaan rupiah bisa diperoleh. Mantap, kan?
via pinterest.com
Tahukah Anda jika lele dumbo sebenarnya bukan asli Indonesia? Lele ini dibawa dari Taiwan tahun 1984. Pada awal kedatangannya, produktivitas lele dumbo jauh melebihi lele asli Indonesia. Ukuran layak konsumsi yaitu 10-15 ekor tiap kilogram bisa dicapai hanya dengan waktu 70 hari.
Pantas saja waktu itu para pembudidaya ikan tanah air benar-benar bersuka cita. Tidak hanya itu, ukurannya yang lebih besar dari lele lokal juga sangat disukai. Dan karena ukuran inilah sang lele mendapatkan nama barunya, yaitu lele dumbo.
Jika Anda penikmat pecel lele seperti saya, maka seharusnya tahu jika jenis lele yang banyak dibuat pecel lele adalah lele dumbo. lele dumbo yang memiliki ukuran sekitar 200 gram, rasanya sangat enak.
Selain itu, kandungan airnya yang sedikit membuatnya garing saat digoreng. Apalagi harganya, lele dumbo harganya lebih miring daripada jenis ikan lainnya. Hal ini dikarenakan budidaya yang mudah dan pertumbuhannya cepat.
Jika ingin mengenal lebih dekat dengan lele dumbo, berikut ini ciri-cirinya:
Bagian tubuh lele yang pertama kita amati adalah bagian kepala. Sebenarnya, kepala lele dumbo tidak jauh berbeda dengan ikan lokal. Bentuknya gepeng dengan batok yang keras. Panjangnya kira-kira ¼ panjang badannya.
Didekat mulutnya yang dower terdapat 4 pasang sungut, dengan 1 pasang diantaranya memiliki panjang berbeda dengan tiga pasang lainnya. Penciuman ikan berkumis ini tidak hanya digunakan untuk pernafasan, tetapi juga dapat digunakan untuk mengenali mangsanya.
Untuk bentuk badan, sebenarnya juga tidak jauh beda dengan lele lokal. Tubuh lele dumbo bentuknya memanjang dan sedikit agak bulat. Ketika hendak memasak lele, kita tidak usah susah-susah membersihkan sisiknya. Karena memang lele nggak punya sisik.
Tapi kulitnya berlendir, sehingga licin saat dipegang. Pada tubuh lele dumbo, terdapat bercak-bercak warna kelabu yang jika dilihat sepintas seperti panu pada manusia.
Ciri-ciri lain dari lele dumbo adalah sirip yang dimilikinya. Sirip bagian dada dan perut merupakan sirip yang berpasangan. Sedangkan sirip tunggal terdapat dibagian punggung, ekor serta (maaf) dubur. Pada sirip dada lele dumbo terdapat patil. Tetapi kita tidak perlu khawatir, karena patil ini lebih pendek serta tumpul dari lele lokal.
Ketika berhadapan dengan lele lokal, kita memang harus ekstra hati-hati. Bukan hanya ukuran dan ketajaman patilnya yang membuat keder, tetapi patil itupun beracun. Untunglah, patil lele dumbo tidak beracun.
Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, wajar jika kedatangan lele dumbo ke tanah air disambut hangat. Tetapi hal ini tidak berlangsung abadi, karena produktivitas yang terus menurun. Kesalahan dalam melakukan perkawinan menjadi penyebab penurunan tersebut.
Walaupun lele sangkuriang kini digadang-gadang jadi harapan baru dunia perlelean, tetapi masa depan lele dumbo tidak sepenuhnya padam. Masyarakat dibeberapa daerah masih memfavoritkan ikan lele ini.
via penjualbenihikan.blogspot.com
Ikan lele jenis sangkuriang memang masih anak keturunan lele dumbo. Karena lele dumbo produktivitasnya menurun, maka sangkuriang dilahirkan. Siapa sangka, ikan ini mampu tumbuh dua kali lipat lebih cepat dari nenek moyangnya.
Bayangkan, untuk mendapatkan lele siap konsumsi dengan ukuran 10-15 ekor/kg hanya membutuhkan waktu 49 hingga 51 hari saja. Cepat, kan? Belum lagi tingkat kematiannya yang hanya 10%. Sangat kecil jika dibandingkan lele dumbo yang mencapai 20%. Tidak hanya itu, jumlah bibitnya bisa mencapai 60.000-80.000 telur per kilogram berat induk.
Keunggulan lain dari lele yang menjadi primadona di tanah Pasundan ini adalah pemijahan atau perkawinan dapat dilakukan sepanjang tahun. Jumlah larva yang mampu bertahan hidup juga tinggi, yaitu 90-95%. Sedangkan pendahulunya si lele dumbo, hanya 50 -60% saja.
Tapi yang paling menguntungkan dari Sangkuriang itu adalah pakan yang dibutuhkan tidak banyak. Untuk menghasilkan 1 kg daging, hanya perlu 0,8 kg pakan. Jika Dumbo, perlu 1 kg pakan.
Lalu, bagaimana sih penampilan dari lele sangkuriang? Ini dia ciri-cirinya:
Jika ingin membedakan lele jenis sangkuriang dengan lele dumbo, maka bagian kepala ini bisa jadi pembedanya. Untuk lele sangkuriang, panjang kepala itu 1/3 dari panjang badannya, sedangkan jenis Dumbo hanya 1/4 – nya saja.
Kepala lele jenis sangkuriang ini bentuknya pipih ke bagian bawah. Disana terdapat 8 sungut pada daerah sekitar mulut. Ada juga lubang hidung, tepatnya dibagian anterior. Rongga dibagian atas insang menjadi alat pernafasannya. Ikan ini memang punya alat pernapasan tambahan untuk menghirup oksigen dari udara.
Untuk bentuk badan, lele jenis sangkuriang bentuknya agak membulat dengan bagian belakangnya cenderung lebih pipih kearah samping. Seperti kita tahu, ikan ini tidak punya sisik. Kulitnya berlapis lendir sehingga sangat licin ketika dipegang.
Jika berbicara warna, Sangkuriang memiliki warna hitam pada bagian punggung, yang jika diperhatikan ternyata agak kehijauan. Sedangkan bagian perutnya, tidak jauh beda dengan ikan lele lainnya yaitu putih kekuningan. Membedakan lele ini dengan lele dumbo bisa dilakukan dengan melihat bintik-bintik dikulitnya yang tidak sebanyak seperti lele dumbo.
Masih ingin tahu ciri-ciri lain dari ikan lele sangkuriang? Perhatikan deh bagian sirip dan ekornya. Lele ini punya 3 sirip tunggal pada punggung, ekor serta (maaf) duburnya. Ada juga sirip berpasangan dibagian perut serta dada. Sirip pada dada sangatlah keras, dengan bentuk yang meruncing.
Sirip ini sering kita sebut dengan istilah patil. Patil Sangkuriang ini tidak mengandung racun seperti halnya lele lokal. Sirip ekor dengan bentuk bulat yang mirip kipas menjadi alat penggerak untuk maju.
Jika dilihat dari ciri-ciri tersebut, lele jenis sangkuriang tidak beda jauh dengan lele dumbo. Tentu saja, kan lele ini masih keturunan lele dumbo.
Untuk wilayah penyebarannya, Jawa Barat menjadi daerah yang banyak membudidayakan jenis lele yang tahan berbagai penyakit ini. Sedangkan masyarakat Bali kurang menyukainya, karena kandungan air lele jenis sangkuriang yang tinggi. Kata mereka, lele ini kurang garing jika digoreng. Nggak bisa kriukkk.
via kumahfarms.com
Budidaya ikan lele cukup mudah dan tidak perlu persiapan khusus. Apalagi jika kolam yang digunakan hanyalah kolam tanah. Bagi Anda yang ingin mencoba berwirausaha, jangan bingung. Beternak lele saja, dijamin mudah, murah dan menguntungkan.
Kami memiliki tips sederhana sebagai cara membudidayakan lele dumbo, mulai dari membuat kolam hingga panen. Ini dia caranya:
Jika mau beternak lele, tentu harus mempersiapkan kolamnya dulu. Kolam lele tidak perlu terlalu luas. Cukup dengan panjang 7 meter, lebar 1 meter dengan kedalaman 1 meter, Anda sudah siap melakukan budidaya lele.
Tapi jangan lupa, kolam ini perlu disekat-sekat terlebih dahulu dengan ukuran sekat 1 m2. Benih ikan lele yang berjumlah 40 ekor nantinya akan Anda tebar untuk tiap 1 m2 bagian kolam itu.
Jangan terburu-buru menaburkan benih, ya. Karena kolam harus dikeringkan dulu selama 3 hari. Habis itu, pada hari keempat lakukan pengapuran dengan menebarkan 1 gr/m2 kapur. Lalu, kolam dipupuki dengan pupuk kandang sebanyak 700 gr/m2.
Biarkan kolam seperti itu selama 4 hari. Hari ke-6 atau ke-7 air baru bisa dimasukkan. Awalnya ketinggian air cukup 20-30 cm saja. Biarkan selama seminggu. Setelah air kehijauan, baru ditambahkan lagi hingga tingginya 95 cm. Setelah itu, benih berukuran 5-10 cm bisa ditebar.
Lele bisa saja terkena penyakit. Itu terjadi jika lingkungan kolam jelek dan mengandung bakteri. Lele bisa sakit kaya bisul, atau limpa dan hatinya jadi rusak. Untuk mengatasi hal itu, sebaiknya lakukan penggantian air kolam. Bisa juga dilakukan pengapuran dengan dosis 100 gr/m2.
Jika perlu, beri antibiotik jenis tetracycline setiap hari selama dua minggu. Ada juga cara mudah dan murah mengobati lele. Yaitu pake larutan air garam dengan konsentrasi 30 gr/L. Gunakan larutan itu sebagai obat untuk lele yang sedang sakit.
Setelah tiga bulan menanti, akhirnya budidaya ikan lele tersebut panen juga. Lele yang waktu pertama ditebar beratnya hanya 10 gr, kini sudah mencapai 100 hingga 300 gr.
Berat lele waktu panen dipengaruhi oleh kesehatan, makanan serta kondisi lingkungan kolam. Selera masyarakat dalam mengkonsumsi lele juga berbeda-beda. Ada yang suka lele yang kecil, ada juga yang besar.
via sangkutifarm.com
Selain kolam tanah, ada beberapa jenis kolam lainnya untuk budidaya lele, seperti kolam semen dan kolam terpal. Tentu saja, kolam terpal akan lebih murah dari pada kolam semen dan pembuatannya pun mudah. Jika dibandingkan dengan kolam tanah, kolam terpal juga lebih baik. Kolam ini lebih bersih, sehingga lele akan lebih sehat.
Karena itu, kali ini kita akan mencoba membahas budidaya ikan lele jenis sangkuriang pada kolam terpal. Ini dia caranya:
Yang pertama harus dilakukan pada persiapan kolam adalah mencuci terpal sampai bersih memakai sikat atau kain. Jika sudah, terpal dipasang di kolam dan dibiarkan dalam keadaan kering selama satu hari. Besoknya, kolam baru diisi air dengan tinggi 30 cm.
Kolam berisi air itu dibiarkan dulu seminggu, baru siap untuk menampung lele. Tetapi, benih lele jangan langsung dimasukkan. Perlu dilakukan adaptasi dulu dengan cara menaruh benih di ember yang ditambahkan air dari kolam dengan jumlah sedikit-sedikit sebanyak 3 kali.
Jika lele sudah masuk kolam, maka perlu dilakukan perawatan. Perawatan itu berupa penambahan air maupun penggantian air. Setiap 1 bulan, air kolam perlu ditambahkan kira-kira 15-20 cm. Penggantian juga harus kita lakukan jika air mulai kotor. Biasanya sih, penggantian air ini dilakukan 1 kali dalam sebulan untuk 2 bulan pertama.
Menginjak bulan ketiga, air harus diganti setiap minggu. Saat penggantian air juga menjadi waktu penyortiran untuk ikan-ikan yang lebih cepat besar dari kawan-kawannya.
Pakan ikan lele memang macam-macam. Tetapi untuk budidaya modern, sekarang banyak digunakan pelet. Jenis pelet yang diberikan ditentukan dari besarnya mulut ikan. Biasanya sih, 1 bulan sekali jenis pelet diganti.
Tetapi ini juga bergantung pada kesehatan ikan. Sedangkan konversi pakan untuk lele jenis sangkuriang adalah 0,8 : 1. Artinya, 0,8 kg pelet menghasilkan daging ikan seberat 1 kg.
O iya, waktu membuat kolam terpal, jangan lupa membuat saluran pengeluaran air yang biasanya terbuat dari paralon. Dengan adanya saluran ini, Anda akan mudah mengosongkan air kolam. Jadi tinggal dibuka saja saluran itu, air akan keluar dengan sendirinya.
via skrbd.org
Pembahasan tentang pakan lele tentu sangat menarik untuk disimak. Hal ini karena pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Jika kita ingin lele tumbuh dengan berat sesuai harapan, maka perlu diberikan pakan yang tepat jenis dan jumlahnya. Untuk masalah waktu, pemberian pakan pada lele dilakukan 4 sampai 6 kali dalam sehari.
Sedangkan untuk jenis, ada beberapa jenis pakan lele, yaitu:
Jenis pakan lele yang paling banyak dipakai adalah pelet buatan pabrik. Bahan pembuatannya adalah tepung terigu, tulang, ikan serta daging yang juga sudah dibentuk tepung. Ada tambahan lain dari bahan pelet ini, yaitu bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak, minyak, tambahan aneka mineral dan vitamin.
Pelet ini juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu pelet apung serta pelet tenggelam. Perbedaannya, pelet apung mengandung lebih banyak protein. Karena itu, jenis pelet tenggelam biasanya lebih banyak diberikan ketika mendekati masa panen.
Pemberian pakan tambahan sebenarnya bertujuan mengurangi biaya pembelian pelet. Tapi pemberiannya tidak boleh terlalu banyak. Ya, kurang lebih hanya sepuluh hari sebelum panen saja. Dengan begitu, pemberian pelet tenggelam bisa dikurangi.
Ikan runcah, bangkai ayam, bangkai bebek, keong mas, siput, ataupun katak air bisa jadi pakan tambahan. Pokoknya yang proteinnya tinggi dan disukai lele. Tapi jangan lupa, pakan tambahan juga harus bersih. Jika tidak, pakan ini dapat mengandung penyakit yang berbahaya bagi lele.
Pakan alami memang berbeda dari pakan tambahan. Pakan lele ini disediakan alam dan biasanya masih dalam kondisi hidup. Kandungan proteinnya juga harus tinggi.
Pakan alami biasanya adalah cacing sutera, uget-uget, kutu air, plankton, ataupun mikroorganisme lainnya. Mereka akan hidup dan berkembang biak di kolam lele. Jadi tidak usah susah-susah menambahkannya setiap hari. Benih lele juga bisa diberi pakan alami. Bahkan, pakan ini sangat baik untuk pertumbuhannya.
Pemberian pakan lele juga ada pantangannya, lho. Pertama, jangan terlalu banyak. Sisa pakan yang tidak termakan akan menjadi amoniak yang bersifat racun bagi lele.
Kedua, saat lele makan atau setelahnya, kolam jangan diobok-obok. Nanti lelenya stress dan makanannya dimuntahkan lagi. Muntahan inipun dapat menjadi amoniak. Ketiga, jangan memberi makan saat hujan ataupun terlalu pagi, karena pemberian pakan saat pagi sekali akan menyebabkan insang terkena radang.
via sangkutifarm.com
Setelah mengetahui dua jenis lele yang banyak diternakkan dan cara-cara budidayanya, kini saatnya kita membahas analisa usaha budidaya ikan lele.
Di hampir seluruh wilayah Indonesia, pada tahun 2015 budidaya lele berkembang pesat. Ini tentu saja dikarenakan permintaan yang semakin tinggi. Karena itu, jika ingin beternak lele jangan ragu-ragu, peluangnya masih sangat besar, kok. Keuntungan yang didapat pun jumlahnya tidak sedikit.
Sebagai simulasi, kita akan menghitung biaya-biaya yang diperlukan serta pendapatan dari budidaya lele di area dengan luas 500 m2. Untuk investasi, kita bisa menyewa lahan atau jika punya lahan sendiri itu lebih baik.
Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali masa pembesaran ikan meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya persiapan atau perbaikan kolam yang dalam satu tahunnya adalah Rp. 1.000.000. Ada juga biaya untuk perbaikan saluran air sebesar Rp. 500.000 sehingga jika ditotal, menjadi Rp. 1.500.000.
Berikutnya, mari kita lihat biaya variabel untuk satu masa panen. Biaya ini mencakup biaya pakan untuk waktu 3 bulan sebesar Rp. 20.000.000. Ini menjadi biaya terbesar yang harus dikeluarkan. Berikutnya adalah biaya pembelian benih, yaitu Rp. 2.500.000, serta pembelian obat-obatan sebesar Rp. 300.000.
Biaya terakhir adalah pembelian alat-alat perikanan yang membutuhkan pengeluaran hanya Rp. 200.000 saja. Nah, jika ditotal, biaya variabel ini besarnya adalah Rp. 23.000.000. Setelah ditambahkan biaya tetap, maka total biayanya adalah Rp. 24.500.000. Lumayan, sih.
Biaya yang harus dikeluarkan mungkin boleh dibilang lumayan besar. Tapi, jangan mundur dulu. Lihat juga pendapatan yang bisa diperoleh. Dari area seluas 500 m2, panen yang diharapkan adalah 4.000 kg ikan. Jika harga produksi tiap kilogramnya Rp. 10.000, maka sekali panen kita bisa mendapatkan uang sebesar Rp. 40.000.000.
Setelah dipotong total biaya, pendapatan produksi yang bisa diraih adalah Rp. 15.500.000. Bagaimana, cukup besar, kan? Mengingat budidaya ini dilakukan selama 3 bulan, Anda bisa menghitung sendiri berapa pendapatan tiap bulannya.
Enaknya budidaya lele, kita tidak akan kesulitan mencari pembeli. Permintaan yang besar membuat kita mudah menjualnya. Lele juga nggak punya musim, jadi uang akan terus mengalir.
Yang penting sekarang adalah ketekunan dan keseriusan dalam melakukan budidaya. Jika kita berani dan siap bekerja keras, keuntungan besar dari ikan lele sudah menanti di depan mata.